Adab dan Etika Perang dalam Islam Huzaifah Ibn al-Yaman RA., hendak berperang bersama Nabi namun ditolak karena pernah b...
Keseriusan Semua Pihak Dibutuhkan untuk 'Bersihkan' Lingkungan Masjid dari Radikalisme Rozali, NU Online | Rabu,...
Keseriusan Semua Pihak Dibutuhkan untuk 'Bersihkan' Lingkungan Masjid dari Radikalisme
Mahfud MD: Orang Islam Harus Menyayangi Sesama Manusia Fathoni, NU Online | Rabu, 28 November 2018 09:50 Jakarta, NU Online G...
Mahfud MD: Orang Islam Harus Menyayangi Sesama Manusia
Islam Damai dan Rahmatan lil Alamin Hafiz, NU Online | Selasa, 27 November 2018 11:30 Hakikat Islam Secara harfiah, isla...
Islam Damai dan Rahmatan lil Alamin
Nabi Muhammad menyatukan perbedaan tanpa melabur perbedaan Menuju bangsa yang besar, Indonesia harus mempertimbangkan bagaimana p...
Nabi Muhammad menyatukan perbedaan tanpa melabur perbedaan
Menengok pemimpin yang ideal suatu daerah dan waktu, maka kita bisa meniru beberapa nabi yang sukses memimpin suatu bangsa yang tercerai-berai menjadi bangsa yang besar dan disegani bangsa-bangsa yang lain. Dalam buku ini mengulas seni memimpin nabi-nabi dalam sejarah perjalanan manusia.
Salah satu yang menarik dilihat adalah gaya kepemimpinan Muhammad. Ia hanya melakukan kurang dari setengah abad untuk mempersatukan bangsa Arab yang tercerai berai lantaran permusuhan antar suku. Tetapi capaian yang dilakukan dalam dakwahnya melampaui segala penjuru dunia. Tetapi ia melakukan kepemimpinan ke semua bangsa, yang meliputi watak, selera dan budaya masing-masing, dan mereka berbondong-bondong memeluk agama Islam.
Baca juga : Akhlak Nabi sebagai Manifestasi Pendidikan Karakter
Salah satu cendekiawan barat, Molier, pernah mengatakan bahwa mustahil pula untuk memperbaiki kebiadaban komunitas seperti itu –jahiliah, dalam waktu singkat tidak kurang lebih dari 23 tahun dan mengangkatnya ke garda terdepan dalam kemanusiaan. Tetapi hal ini dapat dilakukan oleh Muhammad.
Kenyataan ini jelas membuktikan bahwa kepemimpinan Muhammad memang bersifat universal dan dapat diterima semua suku bangsa. Itulah yang membuat Muhammad diakui sebagai murabbi paling berpengaruh, paling menonjol, dan paling kredibel di sepanjang sejarah manusia.
Dari capaian yang dilakukan oleh Muhammad dalam mempersatukan suku-suku yang ada di dataran Arab di selayaknya ditiru pemimpin sekarang dan segenap orang yang menginginkan negara Indonesia maju tanpa cerai-berai. Memimpin yang dapat diterima oleh siapa pun tanpa melihat agama, suku dan wilayahnya. Kemudian timbul pertanyaan, memimpin seperti apa yang dilakukan Muhammad?
Muhammad mengedepankan contoh akhlak yang baik kepada orang-orang sekitarnya, dan mengedepankan rasa kasih-sayang serta kemanusiaan. Baik itu kejujuran, keteraturan, kemanusiaan dan kasih sayang. Mengedepankan rasa kemanusiaan saat menyampaikan misi-misinya, tanpa menyinggung dan memaksa orang lain untuk sependapat dengan dirinya. Kita bisa melihat contoh-contoh yang tersebar, ketika ia diusik, mereka tidak membalas dengan amarah, tetapi dengan kasih sayang dan ilmu pengetahuan (halaman 78).
Muhammad selalu berinteraksi dengan manusia secara utuh, baik dari aspek akal, hati, jiwa maupun perasaan tanpa sedikit pun mengabaikan salah satu di antaranya. Muhammad telah berhasil memotivasi keempat potensi yang dimiliki setiap manusia itu sehingga mampu mengubah orang yang sebelumnya biadab menjadi beradab.
Salah satu cara Muhammad memimpin dengan kasih dan cinta tatkala berhadapan dengan Umar bin Khattab yang terkenal dengan watak keras dan berlawanan dengan dirinya. Melihat hal itu, Muhammad tak lantas membalas dengan watak keras pula, tetapi dengan cara lembut dan penuh kasih sayang. Dengan tindakan ini, kemudian Umar keras menjadi kawan dan taat apa yang diperintahkan oleh Muhammad.
Kita dapat menyimpulkan bahwa kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang selalu menerima manusia seutuhnya: rohnya, perasaannya, kelembutannya, pikirannya secara utuh dan seimbang kemudian diarahkan ke tujuan penciptaannya yang sejati. Sama sekali tidak ada pengabaian ataupun ketidakkeseimbangan mengenai kemanusiaan dalam memimpin suatu kaum.
Rekam jejak keberhasilan Muhammad dalam mendidik umat manusia ini tentu menjadi bukti lain yang mengukuhkan kebenaran layak diteladani. Selain itu, Muhammad harus menjadi teladan semua lini –paling pokok adalah teladan akhlaknya. Tetapi yang paling terpenting bahwa Muhammad memimpin bukan untuk mengadu domba masyarakat. Tetapi Muhammad mempersatukan perbedaan yang di muka bumi. Keberagaman yang dikarunikan oleh Allah tetap dijaga dalam rasa kemanusiaan. Muhammad mempersatukan dan memberi nuansa menyejukkan, damai dan nyaman bagi ajaran agama islam.
Gus Mus: Hindari Politisasi Agama KH Mustofa Bisri (Gus Mus) meminta politikus tidak menyeret agama untuk kepentingan politik...
Gus Mus: Hindari Politisasi Agama
Membangun Generasi Toleran Selasa, 15 November 2016 12:43 Mahasiswa Pittsburgh Kagumi Toleransi Beragama di Indonesia - TRI...
Membangun Generasi Toleran
Kiai Said: Islam Ajarkan Perdamaian November 23, 2018 Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Sai...
Kiai Said: Islam Ajarkan Perdamaian
"Kita harus bersyukur menjadi orang Islam," kata Kiai Said di hadapan sekitar 850 peserta Madrasah Ramadhan di Masjid Raya KH Hasyim Asy'ari, Jakarta, Sabtu (26 /5).
Menurut Kiai Said, Islam bermakna damai. Oleh karena itu, Islam mengajarkan perdamaian, bukan permusuhan.
Begitu juga dengan negara atau bangsa yang damai, dan tidak terjadi perang, maka disebut dengan negara damai.
"Jadi Islam itu sama dengan damai," kata Kiai kelahiran Kempek, Cirebon, Jawa Barat itu.
Islam juga bermakna salamatun, yaitu agama yang mengajak manusia kepada keselamatan, baik selamat di dunia maupun di akhirat.
"Menyelamatkan orang lain, jangan sampai orang lain celaka," kata Kiai Alumnus Universitas Ummul Qura Arab Saudi itu.
Selain itu Islam juga bermakna taslim, yaitu menyerahkan diri secara total kepada Allah. Menurutnya, segala kenikmatan seperti rezeki dan kesehatan adalah datang dari Allah.
"Maka kita harus taslim," tegasnya. (Husni Sahal/Muhammad Faizin)
Penjelasan Mahfud MD Soal Hukum Islam sebagai Konstitusi Negara Mahfud MD saat seminar di UIN Syarif Hidayatullah. Syaifullah...
Penjelasan Mahfud MD Soal Hukum Islam sebagai Konstitusi Negara
Tanggapi Pertanyaan Maulid Nabi Bid’ah, Mahfud MD: Jangan Memprovokasi Foto: Angga Yuniar/Liputan6.com Muchlishon, NU Online...
Tanggapi Pertanyaan Maulid Nabi Bid’ah, Mahfud MD: Jangan Memprovokasi
Contohlah Nabi yang Memberikan Solusi bagi Umat Syaifullah, NU Online | Selasa, 20 November 2018 08:30 Surabaya, NU Online ...
Contohlah Nabi yang Memberikan Solusi bagi Umat
ISLAM DAN CINTA TANAH AIR By azzam khalif - Novembe 0 8 Tidak perlu diragukan lagi bahwa Islam ada...
ISLAM DAN CINTA TANAH AIR
Mungkin banyak orang yang masih menyangkal hal ini. Mereka menganggap Islam bukan agama damai. Perang yang terjadi di sepanjang sejarah Islam, mereka yakini sebagai bukti konkrit akan jauhnya Islam dengan ajaran perdamaian.
generasi Islam awal sukses besar. Islam di madinah menjadi agama mayoritas yang kuat.
Tapi menjadi mayoritas tidak membuat Nabi saw menyesampingkan kelompok minoritas dengan agama yang berbeda. Kita bisa melihat melalui sejarah, bagaimana bangsa Madinah saat itu bisa hidup berdampingan, rukun dan damai walaupun mereka mempunyai perbedaan keyakinan dan cara hidup.
orang muslim dan suku Yahudi di madinah. Tetapi sebenarnya, konflik itu hanya bersifat temporal
saja. Artinya hanya sebagian kelompok Yahudi yang bermasalah dengan muslim Madinah. Yang lain,
masih banyak yang hidup dalam bingkai toleransi dan cinta keberagaman.
bagaimana ia tidak diperlakukan secara adil di Makah, atas perintah Allah swt kembali menuntut
keadilan sebagai warga Makah. Maka terjadilah “fathul makkah” Peristiwa penaklukkan Mekah yang
kita tahu juga tidak berakhir dengan tragedi berdarah. Melainkan adanya kesepahaman dan mufakkat
bersama untuk membentuk pemerintahan baru di Mekah. Inilah sedikit kisah sejarah Islam di masa lalu.
yang tidak terpisahkan. Jika kita amati, Nabi Muhammad saw; saat menjadi pemimpin bangsa Madinah sudah menanamkan sikap nasionalisme dalam tubuh bangsa Madinah saat itu. Nasionalisme yang dipadukan oleh semangat berislam “rahmatan lil alamin” memicu terjadinya suatu sistem Negara yang sarat dengan kehidupan dalam perdamaian dan cinta keberagaman. Didapuk jadi pemimpin Negara Madinah.
atau mengganti agamanya “converted to Islam”. Nabi saw sadar bahwa beragama bukanlah hal yang harus dipaksakan. Sangat jelas kita tahu narasi kitab suci mengatakan, “La ikraha fi addin” Tidak ada
paksaan dalam beragama. Hal ini berlaku pada agama apapun. Tidak boleh ada pemaksaan dalam beragama oleh otoritas pemerintahan suatu Negara.
sebenarnya hanyalah sekelompok orang yang tidak pernah berterimah kasih terhadap jasa-jasa
para pahlawan bangsa ini dalam meraih kemerdekaan.
dalam menghancurkan paham “khilafah” sampai ke akar-akarnya. Dan pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, HTI (Hizbu Tahrir Indonesia) mengalami cobaan yang begitu berat;dibekukan/dilarang beroprasi.
sebabnya adalah; ideologi mereka yang cenderung mengesampingkan/menolak Pancasila sebagai dasar suatu Negara. padahal kita tahu, Pancasila adalah bukti dari terwujudnya Negara Indonesia
yang mengayomi setiap perbedaan: Suku, Ras, kepercayaan dan keyakinan.
mendukung pemerintah dalam melawan propaganda-propaganda simpatisan dan pendukung Ideologi ini. Banser yang dikenal sebagai penjaga NKRI juga tidak tinggal diam. Segala upaya dilakukan untuk bisa mengimbangi “counter attack” kelompok pembela HTI di media sosial dan ceramah-ceramah agama. Salah satu upaya mereka dalam membungkam ajaran Khilafah adalah dengan melakukan upaya verifikasi terhadap setiap penceramah yang terindikasi sebagai pendukung “khilafah”. Kita tentu melihat bagaimana upaya Banser ini dianggap sebagai bentuk “persekusi ulama”
Nasionalisme dan Islam adalah kesatuan tunggal yang tak bisa dipisahkan. Dengan Nasionalisme
Negara Indonesia bisa terbentuk dan lahirlah Pancasila sebagai dasar Negara kita. Kita patut
bersyukur pada pahlawan-pahlawan bangsa ini yang berjuang meraih kemerdekaan dari tangan penjajah.
argumen orang seperti ini, kita hanya perlu tersenyum dan mengatakan, ” Apa dalil untuk menjaga
rumah kita agar tetap bersih dan nyaman dihuni?”. Mari kita cerdas dalam beragama, tidak semua
persoalan yang ada di muka bumi ini ada secara literalis dalam kitab suci. Karena itu, Allah swt
menyuruh kita untuk membaca, belajar dan berpikir. Dengan mendayagunakan akal secara maksimal,
kita mengerti akan pentingnya mencintai tanah air. Cinta tanah air bukan berarti mengesampingkan
persoalan-persoalan umat Islam di Negara lain. Kita tetap bisa berjuang untuk membumikan Islam
walaupun kita hidup di Negara Indonesia.
adalah; jika slogan ini dijadikan “tool” alat untuk tidak mematuhi standar hukum negara. Apalagi
dijadikan alasan untuk melegitimasi ketidakabshan Nasionalisme sebagai unsur penting dalam bernegara. Mari kita menjadi warga negara yang baik dengan menghargai jasa para pahlawan bangsa ini, para pendiri atau founding father kita. Tanpa mereka kita bangsa Indonesia mungkin belum bisa menghirup nikmatnya udara kemerdekaan dan kebebasan. Mari kita belajar dari bangsa lain yang saat ini masih sibuk berperang antar sesama mereka. Tidak jelas, mereka berperang atasnama siapa. Terkadang kepentingan politik yang dibalut dengan jubah agama bisa membuat orang semakin beringas dalam menyakiti orang lain.
0 coment�rios: