MANFAAT DARI TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA Manusia memang diciptakan sebagai makluk individu yang juga merupakan sebagai makluk so...
Kenapa Allah Menciptakan Kita Berbangsa Bangsa dan Bersuku Suku? Di dunia ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah banyak menciptakan ...
Kenapa Allah Menciptakan Kita Berbangsa Bangsa dan Bersuku Suku?
Islam Damai dan Rahmatan lil Alamin Desember 29, 2018 Secara harfiah, islam berarti ‘damai’, ‘selamat’, ‘aman’, at...
Islam Damai dan Rahmatan lil Alamin
Haramnya tindakan teror ditinjau dari beberapa sisi yaitu : Teror adalah tindakan melampaui batas karena banyaknya kematian dan besarn...
Teror adalah tindakan melampaui batas karena banyaknya kematian dan besarnya kerusakan yang ditimbulkan.
Allah berfirman :
وَلاَ تَعْتَدُواْ إِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبِّ الْمُعْتَدِينَ
” .. dan janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” (Qs. Al Baqarah: 190)
Dan dalam sebuah hadits Qudsi Allah subhanahu wa ta’aala berfirman yang artimya:
“Wahai hamba hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan diri-Ku berlaku dzalim, dan Aku telah menjadikannya diharamkan diantara kalian. Maka janganlah kalian saling menzalimi.” (HR Muslim dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu)
Sebagai tindakan pengrusakan mengingat sangat besarnya kerusakan terutama terhadab jiwa manusia, kemudian lingkungan baik berupa gedung, kendaraan dan lainnya.
Allah subhanahu wa ta’aala berfirman :
وَإِذَا تَوَلَّى سَعَى فِي الأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيِهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ وَاللّهُ لاَ يُحِبُّ الفَسَادَ
“Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.” (Qs. Al Baqarah: 205)
Dan firman-Nya juga :
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لاَ تُفْسِدُواْ فِي الأَرْضِ قَالُواْ إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ
“Dan bila dikatakan kepada mereka:”Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi “. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” (Qs. Al Baqarah: 11)
Ini jelas jelas tindakan bunuh diri karena pelakunya tahu pasti bahwa ia akan mati dalam aksi itu.
Allah subhanahu wa ta’aala berfirman :
. وَلاَ تَقْتُلُواْ أَنفُسَكُمْ إِنَّ اللّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيماً. وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ عُدْوَاناً وَظُلْماً فَسَوْفَ نُصْلِيهِ نَاراً وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللّهِ يَسِيراً
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu ; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah” (Qs. An Nisa’: 29 – 30)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ تَرَدَّى مِنْ جَبَلٍ فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَهُوَ في نَارِ جَهَنَّمَ يَتَرَدَّى فِيهَا خَالِدًا مُخَلَّدًا فيهَا اَبَدًا, وَ مَنْ تَحَسَّى سُمَّا فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَسُمَّهُ في يَدِهِ يَتَحَسَّاهُ في نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فيهَا أَبَدًا, و مَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِحَدِيْدَةٍ فَحَدِيْدَتُهُ فِي يَدِهِ يَتَوَجَّأُ في بَطْنِهِ فِيْ نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيْهَا أَبَدًا
“Barangsiapa yang sengaja menjatuhkan dirinya dari gunung hingga mati, maka dia di neraka Jahannam dalam keadaan menjatuhkan diri di (gunung dalam) neraka itu, kekal selama lamanya. Barangsiapa yang sengaja menenggak racun hingga mati maka racun itu tetap ditangannya dan dia menenggaknya di dalam neraka Jahannam dalam keadaan kekal selama lamanya. Dan barangsiapa yang membunuh dirinya dengan besi, maka besi itu akan ada ditangannya dan dia tusukkan ke perutnya di neraka Jahannam dalam keadaan kekal selama lamanya.” (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Sebagai tindakan membunuh orang lain.
Allah berfirman :
وَلاَ تَقْتُلُواْ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللّهُ إِلاَّ بِالحَقِّ
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar..” (Qs. Al Isra’: 33)
Allah subhanahu wa ta’aala juga berfirman :
وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهاً آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ . يَلْقَ أَثَاماً. يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَاناً
“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina.” (Qs. Al Furqon: 68 – 69)
Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda yang artinya :
“Tidak halal ditumpahkan darah seorang muslim yang telah bersaksi bahwa tidak ada ilah (yang hak) selain Allah dan bahwa saya adalah utusan Allah, kecuali salah satu dari yang tiga ini : orang yang berzina (padahal ia telah berkeluarga), orang yang membunuh orang lain, dan orang yang murtad meninggalkan jamaah kaum muslimin.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu)
“Lenyapnya dunia ini lebih ringan di sisi Allah daripada pembunuhan seorang muslim.” (HR An Nasaa’i dan At Tirmidzi dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu)
Dan di hadits yang lain :
“Dan janganlah kaliam membunuh anak anak kecil.” (HR Muslim dari Buraidah)
Dan perkataan beliau yang lain :
“Berangkatlah (ke medan perang) dengan nama Allah, dengan (pertolongan) Allah dan dengan agama Rasulullah. Janganlah membunuh orang tua jompo, kanak kanak, bayi dan perempuan.” (HR Abu Dawud dari Anas radhiyallahu ‘anhu)
Sebagai tindakan membahayakan pihak lain, termasuk jiwa mereka serta harta mereka yang kebanyakan tidak tahu menahu sama sekali tentang masalahnya.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya :
“Barangsiapa yang sengaja membahayakan seseorang maka Allah akan mendatangkan bahaya kepadanya, dan barangsiapa sengaja menyusahkan seseorang maka Allah akan menurukan kesusahan kepadanya.” (HR. Abu Dawud, At Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Shirmah radhiyallahu ‘anhu; dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah Jilid II no 1897).
“Tidak boleh (satu pihak) membahayakan (pihak lain), yang tidak boleh (keduanya) saling membahayakan.” (HR Ibnu Majah dari Ubadah bin Ash Shamit radhiyallahu ‘anhu dan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘ahnu dan dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Ghayatil Maram no. 254)
Sebagai tindakan yang mengancam (mengintimidasi) orang lain, termasuk teror dengan telpon yang menyebabkan manusia tidak tenteram karenanya.
Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda :
“Tidak halal seorangmuslim menakut nakuti muslim yang lain.” (HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Abu Dawud no. 5004)
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
“Barangsiapa yang membawa senjata untuk memerangi kami, maka dia bukan dari kami..” (HR Muslim dari Abu Hurairah dan Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma).
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :
“Apabila salah seorang dari kalian lewat di masjid atau pasar dengan membawa anak panah, maka hendaknya dia memegangnya pada ujungnya dengan telapak tangannya agar tidak melukai seorang pun dari kaum muslimin..” (Mutafaqun ‘alaih)
Dan diantara kaidah Islam adalah ‘mendatangkan kemaslahatan dan mencegah kemudharatan’ sedangkan aksi orang orang itu tidak mengandung mashlahat dan manfaat sedikitpun sementara mudharat yang ditimbulkan tidak terhingga.
#muslimsejati
Jihad tak patut disanding dengan terorisme Rabu, 26 Desember 2018 22:37 WIB Pewarta: Bambang Purwanto Menara World Trade Center...
Sejumlah label bagi Islam dan Muslim muncul menyusul peristiwa yang hingga kini masih dianggap memiliki banyak kejanggalan tersebut.
Islam dianggap dan disebut sebagai agama yang mengajarkan terorisme, mendorong praktik-praktik radikal, ekstrem dan kekerasan, sementara Umat Islam dipandang sebagai entitas yang mengancam kehidupan sosial, barbarik dan terbelakang.
Tiga belas tahun setelah peristiwa yang dikenal dengan 911 itu, muncul gerakan kekerasan yang mengatasnamakan Islam dengan nama ISIS (the Islamic State of Iraq and Syria) atau Negara Islam Irak dan Suriah yang mendapat perhatian global setelah merebut pemerintahan di Irak.
Jihadis
Mengaitkan Islam dengan terorisme berarti menciptakan permusuhan dengan sekitar 1,7 miliar Muslim di seluruh dunia.
Pada September 2016, Presiden Amerika Serikat ke-44 Barack Obama mengatakan bahwa dia tidak akan menggunakan istilahIslamic terrorism atau "terorisme Islami" untuk merujuk tindakan kekerasan yang dilakukan oleh kelompok yang mengidentifikasi diri mereka sebagai Muslim dan mengaku melakukan kejahatan semacam itu atas nama Islam.
Politisi demokrat Hillary Clinton juga menolak menggunakan istilah radical Islamic terrorist atau "teroris Islam radikal" dengan menyatakan bahwa Amerika Serikat tidak berperang melawan Islam.
Namun, dia menggunakan istilah violent jihadist terrorists atau "teroris jihadis" yang masih mengaitkan terorisme dengan Islam, khususnya jihad yang merupakan salah satu ajaran dalam agama tersebut.
ISIS menyatakan kelompok mereka sebagai "jihadist" atau "jihadi" yang berarti orang yang melakukan jihad atau menurut mereka juga bermakna "perang suci".
Pengakuan para teroris itu ditelan mentah-mentah oleh para politisi dan media yang turut menyebut para teroris yang berlatar belakang Muslim sebagai jihadi atau jihadis.
Sementara banyak pihak masih belum bersepakat untuk mendefinisikan terorisme, jihad disebutkan dalam Al Quran dan dijabarkan secara jelas oleh para ahli fikih sejak berabad lalu.
Arti harfiah jihad berasal dari kata Arab yang berarti berjuang atau bekerja dengan penuh semangat, bersusah payah, tekun, rajin, dan bersungguh-sungguh.
Dengan makna ini setiap upaya untuk mencapai tujuan hidup adalah jihad, seperti belajar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan gelar pendidikan, melahirkan bayi, membela diri dan mempertahankan harta benda dari penjahat dan pencuri, dan bekerja untuk mendapatkan uang.
Sepanjang sejarah Islam, para sarjana Muslim telah mengembangkan makna jihad yang telah menghasilkan berbagai pandangan, terutama tentang bagaimana mempraktikkan jihad dalam kehidupan kontemporer oleh seorang Muslim.
Interpretasi yang berbeda tentang jihad tidak bisa dihindari, tetapi pendapat yang tak sama tersebut dapat diterima selama didasarkan pada dua sumber utama Islam yakni Al Quran dan hadis.
Karenanya, versi jihad menurut kelompok Al Qaeda dan ISIS/ ISIL (the Islamic State of Iraq and the Levant --Syam yang meliputi wilayah Lebanon, Suriah, Yordania, Israel dan Palestina) tidak dapat diterima karena tindakan mereka yang dianggap jihad dilakukan dalam bentuk kejahatan yang memakan banyak korban jiwa dan menebar ketakutan di tengah masyarakat.
Fuqaha atau ahli hukum Islam praktis memang menjelaskan makna jihad dari suatu kondisi peperangan atau perlawanan terhadap sesuatu yang dapat membahayakan wilayah Islam serta Muslim dan non-Muslim yang tinggal di wilayah itu.
Bentuk jihad ini juga disebutkan dalam Al Quran dalam surat Al Baqarah ayat 190-191 yang karena ayat-ayat itu mengandung perintah, jihad untuk Muslim adalah sebuah kewajiban.
Namun, jihad sebagai tindakan militer hanya dapat dilakukan dalam keadaan tertentu dan harus memenuhi sejumlah syarat, di antaranya adalah diserukan oleh pemimpin Islam yang satu, tidak merusak alam, dan tidak memerangi mereka yang lemah, seperti kaum perempuan, anak-anak, orangtua bahkan para pemuka agama.
Menyederhanakan
Ketimbang harus menjelaskan panjang-lebar tentang apa itu jihad dan terorisme, serta bagaimana kedua hal tersebut sangat bertentangan, media arus utama, terutama dari Barat, lebih menyukai menyederhanakan tindakan kekerasan oleh kelompok teroris yang mengatasnamakan Islam atau yang berlatar belakang Islam itu sebagai "jihadist terrorist" atau "jihadist terrorism".
Mereka juga membuat istilah "jihadism" atau "jihadisme" yang merujuk pada ajaran jihad yang dianggap mendorong tindakan kekerasan atas nama agama.
Selain motif penyederhanaan itu, media massa Barat juga terbukti lebih bersemangat memberitakan peristiwa serangan teror jika pelakunya merupakan Muslim.
Pada Juli 2017, media massa dalam jaringan asal Inggris, Independent melaporkan penelitian yang menunjukkan bahwa serangan teror akan diberitakan lima kali lebih sering jika para pelakunya adalah Muslim.
Penelitian itu juga menemukan bahwa dari jumlah total serangan kekerasan di Amerika Serikat, 12,4 persen dilakukan oleh mereka yang berlatar belakang Muslim, namun mendapat 41,4 persen dari liputan media massa.
Kekuatan media dalam menyebarkan pesan kepada publik tidak saja membangun persepsi akan adanya kaitan antara jihad dan terorisme, tapi juga menciptakan prasangka negatif terhadap Islam dan Muslim.
Pada tingkat yang parah, media menjadi katalis dalam menciptakan rasa ketakutan terhadap Islam atau Islamofobia.
Padahal, wartawan dan media massa diharapkan bekerja dengan mengamalkan etika jurnalistik yang di antaranya adalah mengutamakan kebenaran dan tidak berpihak pada kepentingan tertentu.
Wartawan Amerika Bill Kovach dan Tom Rosenstiel yang juga penulis buku "the Ten Elements of Journalism" menyatakan bahwa jurnalis tak bisa lepas dari sudut pandang subjektif, namun laporan mereka dituntut untuk seimbang dalam melayani kebutuhan publik akan informasi yang benar di atas kepentingan mereka sendiri dan korporasi.
Untuk menghindari prasangka anti Islam dalam laporan media dan mengurangi dampak buruk yang lebih besar dari bias media, wartawan harus memahami arti sebenarnya dari Islam dan jihad dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan objektif.
Insan media juga harus memahami definisi harfiah dan kontekstual dari setiap kata yang mereka gunakan dalam laporan mereka, seperti terorisme, radikalisme, dan jihad.
Dengan sepenuhnya memahami kata-kata kunci itu, para jurnalis diharapkan tidak menyandingkan Islam dan jihad dengan istilah yang bermakna negatif sehingga menimbulkan prasangka terhadap Islam dan Muslim.
Tidak menyandingkan kata jihad dan terorisme dalam satu frasa berarti media mampu membedakan antara Muslim yang hidup berdampingan dengan komunitas lain yang berbeda keyakinan, dan orang-orang yang mengklaim diri mereka sebagai Muslim tetapi gagal menunjukkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan.
Mereka yang mengklaim melakukan jihad dalam bentuk kekerasan telah salah menafsirkan konsep-konsep agama Islam untuk membenarkan tindakan yang mereka lakukan.
#mudlimsejati
https://m.antaranews.com/berita/781507/jihad-tak-patut-disanding-dengan-terorisme
Apa Sih Alirannya Para Teroris? Apakah Mereka Khawarij? Assalamu'alaikum Wa Rahmatullah. Dunia Islam kontemporer mengenal alira...
Apa Sih Alirannya Para Teroris? Apakah Mereka Khawarij?
2. Membunuh berdasarkan status kewarganegaraan.
3. Meyakini warga negara bertanggungjawab atas kebijakan pemerintahnya.
4. Membuat target yang mustahil dicapai.
5. Mendorong musuh bersatu memusuhi seluruh umat Islam.
6. Mengklaim mewakili umat Islam.
7. Meyakini semua orang Islam sudah rusak.
8. Hanya meyakini satu model perjuangan, yaitu perang.
strategi melawan radikalisme By abu radul - 24th December 2018 0 4 A. Helmy Faishal Zaini Sekretaris Jenderal Pengur...
strategi melawan radikalisme
#muslimsejati
Prof.Quraish Shihab: Sucikan Nama Tuhanmu, Jangan Takbir Untuk Perpecahan Kemarin, (Kajian Membumikan al-Quran) di PSQ tampak be...
Prof.Quraish Shihab: Sucikan Nama Tuhanmu, Jangan Takbir Untuk Perpecahan
Islam Itu Indah Maka Renungkanlah Baca selengkapnya Segala puji bagi Allah rabb semesta alam. KepadaNyalah seluruh makhluk bertump...
Islam Itu Indah Maka Renungkanlah Baca selengkapnya
Maka lihatlah manusia-manusia di sekitarnya. Tak pernah ada yang terciderai rasa. Tak ada pula yang pernah tersinggung kata. Semua ia tunaikan hak-haknya. Tak ada pembedaan. Tak juga pengistemewaan. Kecuali pada hal yang sudah digariskan, yaitu ketaqwaan. Maka yang bangsawan tak tersanjungkan di hadapannya. Yang rakyat biasa saja juga tak terpinggirkan di majelisnya. Semua sama. Pun kaya dan miskin, tak ada beda. Masing-masing ia tunaikan hak-haknya, dengan perlakuan yang semesti dan sepantasnya.
Maka para hadirin terhenyak tak menyangka. Ternyata ada wanita yang sebegitu. Pun juga ‘Umar tak kalah kagetnya. Namun, tetap saja ada kasih sayang harus diberikannya, seperti panutannya yang begitu lemah lembut. Maka tak ada bentakan. Tak juga dampratan. Dan tak pula kata makian dasar wanita pembangkang. Maka adalah ‘Umar menjawabnya dengan penuh kelembutan, “Engkau benar wahai saudariku. Akulah yang salah!”
Toh begitu tetap ada sisi lain yang harus dicermati. Ada potensi lain yang musti diwaspadai. Agar tak berakhir tragis bak ummat-ummat terdahulu. Seperti kisah bani Israil yang tak sanggup mewaspadainya. Maka dimusnahkanlah tujuh puluh ribu pasukan dari mereka dalam sekejap saja. Maka sang pengemban risalah terakhir pun lekas-lekas mewanti-wanita kita, dengan bahasa kasih sayangnya yang teramat besar kepada ummatnya.
Baca selengkapnya https://muslim.or.id/25455-islam-itu-indah-maka-renungkanlah.html
PROKAL.CO , BALIKPAPAN - Koramil-01 Kodim 0905 Balikpapan Utara menggelar kegiatan sosialisasi pencegahan paham radikal untuk masyar...
Waspada Radikalisme
Jangan Sedikit-sedikit Kriminalisasi Ulama, Padahal Ulamanya Sendiri Ternyata Melakukan Kriminal..." Kamis, 20 Desember 2018 | 17:1...
Jangan Sedikit-sedikit Kriminalisasi Ulama, Padahal Ulamanya Sendiri Ternyata Melakukan Kriminal..."
"Ada mesin politik yang bekerja memang. Ini kan dalam konteks politik, tahun politik. Jadi memang ada kepentingan politik dan kemudian memainkan di arena demi kepentingan mereka," ujar Hendardi saat dijumpai di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (20/12/2018).
Hendardi sepakat bahwa apabila siapa pun terjerat persoalan hukum, maka yang bersangkutan, apa pun statusnya, memang tetap harus diproses secara hukum, bahkan termasuk seorang ulama.
"Jangan sedikit-sedikit orang bilang kriminalisasi ulama, kriminalisasi ulama. Sementara si ulama sendiri ternyata memang melakukan tindak kriminal. Apalagi, ada buktinya yang dia itu enggak bisa ingkar,” lanjut Hendardi.
Ia mencontohkan kasus dugaan penganiayaan yang menjerat Bahar bin Smith baru-baru ini. Ia melihat, kasus itu memang tindakan penganiayaan. Hal itu dilihat dari video yang beredar di media sosial.
"Ulamanya ternyata melakukan kriminal, melakukan penyiksaan, apalagi terhadap anak-anak di bawah umur. Jelas-jelas ada videonya. Dia enggak bisa ingkar, enggak bisa mungkir. Masak yang kayak begitu harus dilindungi?" ujar Hendardi.
Menurut Hendardi, sebaliknya justru pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla sangat memperhatikan kelompok ulama. Hal itu terbukti dari Jokowi yang sering kali bersilaturahim dengan ulama, baik di Istana maupun di pondok pesantren.
Hendardi juga menjadikan aksi 212 sebagai contoh bagaimana sikap serta posisi pemerintah terhadap ulama. Mempersilakan massa dalam jumlah besar berkumpul untuk mengungkapkan ekspresinya tanpa adanya tindakan represif merupakan contoh bagaimana pemerintah menghormati kaum ulama.
Baca juga: Fadli Zon Ragu Sosok di Video Pemukulan yang Viral adalah Bahar bin Smith
Oleh sebab itu, Hendardi pun berharap masyarakat turut menyadarkan sesamanya agar tak ada lagi yang terpengaruh atas isu tersebut.
"Kita sesama masyarakat juga harus melakukan penyadaran bahwa itu enggak benar. Jangan masyarakat kita tingkat pendidikannya masih rendah, kemudian dibodoh-bodohi dengan hoaks, memersepsikan sesuatu secara keliru," ujar Hendardi.
Diberitakan, Jokowi sempat menyinggung isu bahwa pemerintah melakukan kriminalisasi ulama. Hal itu diungkapkan sebagai calon presiden nomor urut 01 di acara temu Relawan Bravo-5 di Putri Duyung Ancol, Jakarta Pusat, Senin (10/12/2018).
"Bagaimana mungkin seperti itu? Calon wakil presiden kita ini adalah ulama yang paling atas benar, Kiai Ma'ruf Amin itu adalah Ketua MUI," ujar Jokowi.
Baca juga: Kasus Bahar bin Smith, KPAI Ingatkan Polri untuk Tak Kalah pada Tekanan Pihak Tertentu
Apabila kiai atau ulama Indonesia memang ada tersandung persoalan hukum, menurut Jokowi, memang sudah seharusnya ia berhadapan dengan hukum.
"Misalnya ada ulama yang terkena masalah hukum, ya harus berhadapan dengan hukum," ujar Jokowi.
"Wong gubernur saja kena masalah hukum, berhadapan dengan hukum kok. Menteri yang kena masalah hukum, ya dia berhadapan dengan hukum juga. Tapi kok enggak ada yang bilang itu kriminalisasi?" lanjut dia.
Menurut Jokowi, isu-isu tersebut sengaja dibuat untuk mendiskreditkan pemerintah. Tak penting apakah isu tersebut sesuai logika atau tidak, yang penting masyarakat terpengaruhi.
"Ini hal-hal yang enggak logis, tapi terus-terus diangkat dan rakyat di bawah itu yang informasinya tidak lengkap, bisa memercayai itu sebagai kebenaran. Kan itu yang bahaya," ujar Jokowi.
Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH Shalahudin Wahid (Gus Sholah) menolak tegas tuduhan beberapa kelompok Islam yang mengatakan bahwa ...
Gus sholah Bantah Klaim Hti jika indonesia negara thagut
Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH Shalahudin Wahid (Gus Sholah) menolak tegas tuduhan beberapa kelompok Islam yang mengatakan bahwa Indonesia negara taghut. Gus Sholah kali ini memberikan argumentasi lewat sisi sejarah pendirian Indonesia.
“Kita sampaikan pada masyarakat jika negara ini bukan thagut. Bagaimana mungkin negara yang didirikan oleh kelompok-kelompok yang di dalamnya ada kiai, ada NU dan Muhammadiyah dan lainnya juga dikatakan thagut. Ini tandanya mereka tidak paham betul negara ini. Kok bisa dikatakan Indonesia bertentangan dengan Islam,” katanya saat peresmian Museum Islam Indonesia, di komplek Pesantren Tebuireng, Kecamatan Diwek, Jombang, Jawa Timur, Selasa (18/12).
Lebih lanjut Gus Sholah, menyatakan, negara Indonesia tidak bersyariah dalam pandangan undang-undang dasar. Namun dalam undang-undang banyak sekali syariat Islam yang masuk dalam konstitusi. Indonesia tidak melarang syariah Islam masuk dalam konstitusi kecuali hukum bab jinayah (tindak pidana). Alhasil banyak sekali hukum Indonesia dipengaruhi ajaran Islam.
“Saya pernah lihat video Habieb Rizieq yang mengatakan menginginkan NKRI bersyariah. Saya sampaikan pada kawan-kawan Front Pembela Islam (FPI) tidak ada NKRI bersyariah itu. Ketika tujuh kata “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” kita coret, maka NKRI tidak bersyariah lagi,” tegasnya.
Terkait dengan hal ini, cucu KH Hasyim Asy’ari ini berharap lewat kehadiran museum ini bisa menjadi pembuka informasi kepada masyarakat luas tentang Islam Indonesia.
Tahap selanjutnya diharapkan masyarakat dan pengunjung bisa menceritakan kepada keluarganya dan kawan-kawannya jika klaim Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) bahwa negara ini thagut itu salah. Yang tepat adalah seperti pandangan Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah serta kelompok cinta Indonesia lainnya.
“Kita membantah argumen mereka (HTI, FPI dan Ansorut Tauhid) dengan tak perlu pakai ngotot, tapi dengan menyampaikan fakta-fakta," tegasnya.
"Saya pernah diundang Abu bakar Ba’asyir ke Nguruki, Solo dan terlibat pada diskusi bersama mereka. Saya sampaikan, apa yang bapak-bapak perjuangkan itu sudah pernah diperjuangkan partai Masyumi dan gagal. Dan saya pikir ini bentuk terbaik untuk Indonesia sekarang,” tandas Gus Sholah. (Syarif Abdurrahman/Muhammad Faizin/NU Online)
Sumber :http://www.muslimoderat.net/2018/12/gus-sholah-bantah-klaim-hti-jika.html#ixzz5aF5vCtUF
0 coment�rios: