Rabu, 07 Agustus 2019

Pilihan Jihad untuk Perempuan dan Orang Tua


Bagi masyarakat berpenduduk mayoritas muslim seperti Indonesia, ibadah haji adalah dambaan bagi setiap orang. Akan tetapi dalam menjalankannya membutuhkan biaya yang tidak sedikit serta fisik yang sehat. Melakukan ibadah haji membutuhkan perjuangan, yaitu memperjuangkan sebagian hartanya dan juga berjuang secara fisik agar dapat pergi ke tanah suci.
Karena butuhnya kesungguhan dan kemampuan itulah haji disebut pula sebagai ibadah jihad. Sebagaimana Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah berkata, “Haji dan umroh termasuk jihad. Karena dalam amalan tersebut seseorang berjihad dengan harta, jiwa dan badan.”
Setelah sampainya di Makkah jamaah juga masih harus melakukan rukun haji yang juga membutuhkan fisik yang kuat untuk dapat menyelesaikannya, seperti melakukan Wukuf, Tawaf dan juga Sa’I. Selain itu mereka harus menghadapi teriknya cuaca disana. Oleh karenanya, sudah pantas apabila ibadah haji juga dapat di katagorikan sebagai jihad di jalan Allah karena butuhnya kekuatan fisik dalam menghadapi semua halangan dan rintangan untuk mencapai haji yang mabrur.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
سُئِلَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – أَىُّ الأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ « إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ » . قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ « جِهَادٌ فِى سَبِيلِ اللَّهِ » . قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ « حَجٌّ مَبْرُورٌ »
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Amalan apa yang paling afdhol?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” Ada yang bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Jihad di jalan Allah.” Ada yang bertanya kembali, “Kemudian apa lagi?” “Haji mabrur”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari no. 1519).
Haji sebagai Cara Jihad
Hadist di atas menegaskan bahwa sejatinya haji adalah bagian dari ibadah mulia seperti jihad. Ibadah haji menjadi pilihan berjihad bagi perempuan dan orang tua yang tidak mampu secara fisik untuk terlibat dalam medan perang. Begitu pula haji menjadi pilihan jihad damai bagi orang-orang yang berada dalam kondisi damai bukan perang.
Seperti yang kita ketahui, wanita dan orang tua yang sudah lanjut usia tidak memiliki tenaga dan fisik yang kuat untuk berperang (berjihad) pada zaman Rasulullah. Meski tidak dapat ikut serta dalam peperangan wanita dan orang tua lanjut usia dapat memperoleh pahala jihad tanpa harus berperang, yakni dengan menjalankan ibadah haji.
Dahulu Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah bertanya kepada rosulullah:
“Ya Rasulullah, kami perhatikan jihad adalah sebaik-baik amal, mengapa kami (para wanita) tidak (dianjurkan) berjihad?” Jawab beliau, “Tetapi jihad terbaik adalah haji yang mabrur.” (HR. Bukhari)
hadits dari Abu Hurairah ra, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jihadnya orang tua, orang lemah dan wanita adalah haji dan umrah.” (HR. An-Nasa’i).
karena itulah, bagi mereka yang tidak mampu berjihad dengan fisik mempunyai alternatif dengan berjihad melalui haji. Tentu saja bukan hanya perempuan dan orang tua sebagaimana disebutkan di atas. Kondisi yang tidak memungkin berjihad seperti kondisi damai, tidak menutup orang untuk berjihad. Nabi memberikan pilihan terbaik dengan ibadah haji.
Mari kita umat muslim berusaha sekuat tenaga untuk menunaikan ibadah haji. Allah telah menyediakan balasan yang setara dengan berjihad di jalan Allah. Allah pun akan membalas setiap amal yang kita kerjakan sesuai dengan niatnya, dan jangan pernah sekalipun memiliki niat beribadah agar terlihat tinggi di hadapan manusia. Karena itu akan membawa kita pada sifat takabur. Naudzubillah himindzalik….
Wallahu a’lam
*Saparudin MH, Pengamat sosial-keagamaan, tinggal di Bekasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar